Rabu, 04 Mei 2011

Fenomena Uang


Era globalisasi banyak menghadirkan polemik di kehidupan ini. Berbagai polemik muncul seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi yang kian canggih. Segala sesuatu seakan dipermudah dengan teknologi yang ada. Namun bukanlah itu yang menjadi kendala melainkan bagaimana kita mampu mendapatkan teknologi canggih tersebut, semuanya akan didapat dengan mudah hanya dengan persediaan finansial dari setiap individu yang ada. Ibaratnya jika menginginkan sesuatu haruslah diingat ada hal yang harus dipertukarkan. Semua pasti memahami sesuatu yang dimaksud, karena hal itu begitu erat dengan kehidupan manusia di dunia. Tanpa suatu yang spesial ini rasanya sulit untuk mendapatkan kebahagiaan dunia.
Tepat sekali jika ada yang mencoba menebak suatu yang special itu adalah UANG. Kata UANG yang hanya terdiri dari empat huruf namun sangat bermakna dalam penggunaannya. Setiap akan membeli barang yang dibutuhkan setiap orang membutuhkannya dan pasti akan dihabiskan untuk suatu yang bermakna baik itu barang atau lainnya.
Dalam jual-beli, salah satu syarat mutlak adanya jual-beli adalah adanya alat tukar yang mampu menjadi jaminan agar barang yang diinginkan dapat dimiliki. Setiap orang pun sudah sangat menyadari pentingnya uang dalam segi kehidupan. Di bidang apa pun, uang pasti selalu hadir menemani kehidupan manusia.
Dalam mengenyam bangku pendidikan pun, kita diperkenalkan dengan sebuah sistem administrasi. Sebelum memasuki dunia pendidikan dan mengenyam ilmu, hal utama yang dilakukan adalah membayar registrasinya dan tentu melibatkan uang. Selain itu, uang juga berfungsi dalam penanganan jasa baik itu jasa angkutan ataupun lainnya. Tak ada hal yang tak luput dari pandangan uang. Bisa dikatakan bahwa peredaran uang kian hari kian meningkat karena kebutuhan yang kian mendesak dan memungkinkan uang terus beredar setiap waktu bahkan detiknya.
Hal di atas hanyalah segelintir contoh manfaat uang dalam kehidupan, namun ada yang lebih fantastis dari sekedar sebagai pembayaran jasa, yakni mengenai keinginan seseorang untuk terbebas dari cengkraman hukum. Ketika seorang bersalah di mata hukum dan ingin terbebas dari cengkraman hukum tersebut, ia rela mempergunakan uang yang dimiliki untuk menyuap penegak hukum yang berwenang agar terbebas dari dakwaan hukum yang memberatkan dirinya.
Tidak hanya berhenti sampai di situ, keinginan seseorang untuk mendapatkan tahta dan kewenangan terkadang juga dilatarbelakangi urusan uang. Memang hal ini tidak cukup tersurat sehingga orang awam menganggap biasa saja jika ornag yang berpendidikan ingin mendapatkan kewenangan karena ia sendiri memang berkualitas. Namun di balik semua itu, tidakkah hal tersebut juga akan berujung pada keinginannya mendapatkan uang. Itu artinya kewenangan yang menjadi suatu ambisi adalah dasar untuk mendapatkan kekayaan yang melimpah.
Oleh karena itu, tak jarang setiap orang di dunia ini makin berkeinginan memperkaya diri dengan ilmu. Namun sayangnya semua ilmu yang dimiliki pada akhirnya seakan tak ternilai jika seseorang telah berada dalam kekayaan dan melimpahnya uang yang dimiliki bahkan itu akan membuatnya semakin rakus dan berhasrat besar untuk terus memperkaya diri dengan uang yang melimpah. Fenomena ini dapat dilihat, semakin banyak orang berpendidikan yang lupa diri sehingga segala uang yang bukan menjadi miliknya ia rampas dengan paksa tanpa diketahui orang lain. Namun setelah diusut kasusnya pun merebak di permukaan dan setiap mata pun meliriknya. Lalu masih mungkinkah orang menganggapnya sebagai seorang yang berpendidikan? Bisa jadi demikian, namun di sisi lain banyak juga komentar yang berpendapat jika ia adalah seorang yang terdidik untuk memperkaya diri dengan suatu yang bukanlah miliknya. 
Begitulah berbagai macam cara yang dilakukan setiap orang dalam memanfaatkan uang dan memandang makna uang, ada yang memang dalam bentuk positif namun adapula yang memanipulasinya menjadi sesuatu yang buruk. Harapannya setiap kita dapat menggunakan uang dengan semestinya dan sesuai dengan kegunaannya. Hal tersebut dimaksudkan untuk menjaga keseimbangan dalam kehidupan dan menghilangkan jarak status sosial di dalam masyarakat. Makna uang akan lebih berarti jika setiap kita mampu memanfaatkannya untuk sesuatu yang bersifat positif, sebagai contoh dalam pendanaan tempat ibadah, menyantuni anak yatim, dsb.
Dengan demikian kita dapat merasakan jika setiap uang yang dimiliki akan sangat bermakna dan tentunya akan menjadi lebih berkah. Sesungguhnya setiap uang yang kita dapatkan hanyalah titipan dari Tuhan yang Maha Kuasa dan sudah selayaknya juga dipergunakan pada tempat-tempat yang baik. Sudah sepatutnya kita menyadari itu semua, uang bukanlah segalanya. Bagi mereka yang menjunjung harkat dan martabat diri tentu tak akan rela jika itu semua harus dibeli dengan uang. Uang hanyalah benda mati yang bisa menghidupkan orang-orang yang mati mata hatinya. Namun tidak bagi mereka yang benar-benar hidup dan membuka diri untuk menjadi sosok yang baik menurut mata hatinya.  

1 komentar: